Sunday, May 25, 2008

Suatu harapan demi Pemimpin Bangsa Ini

Kita tahu bersama, bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya raya dengan tanah,hasil bumi,hasil tambang dan sebagainya.Tetapi saat ini kita terpuruk dalam ekonomi.........,penduduk yang penyebarannya tidak merata,sdm yang tidak bagus, etika dan moral yang sudah merosot....dst.
Kami selaku anak bangsa merasa terpanggil untuk ikut unjuk saran kepada para pemimpin bangsa ini bagaimana bapak-bapak /ibu-ibu bisa membawa bangsa ini lebih maju dan lebih sejahtera.Baru-baru ini harga minyak bumi dunia mengalami kenaikan yang begitu tinggi, sehingga mau tidak mau, enak tidak enak dst, maka pemerintah menaikkan harga minyak bumi dengan prosentase yang telah diperhitungkan dengan matang. Namun dibalik itu semua..........,bayangkan dampak yang ditimbulkan akibat kenaikan BBM ini; harga-harga kebutuhan pokok semakin melambung tinggi, kebutuhan bangunan semakin tinggi, apalagi kebutuhan -kebutuhan seconder maupun tertier pasti meningkat dan kita tidak bisa menjangkaunya. Berbicara kebutuhan Pokok ; sandang ,pangan dan papan Harga-harga bahan bangunan naik seenak perutnya penjual.........,rakyat kecil menangis........., jangankan rakyat kecil kami seorang guru golongan IV/a juga merasa menangis .........,kami tidak mampu untuk membeli bahan-bahan tersebut pak......,kami saja tidak sejahtera...pak,apalagi hal-hal yang lai.....,bagaimana kami bisa membiayai anak-anak kami untuk bisa masuk ke jenjang yang lebih tinggi....pak.Marilah kita pikirkan nasib para guru ini dan nasib rakyat kecil ini.....
Kita sebenarnya ditertawai oleh negara-negara lain...........,kalau di singapura,malaysia,brinei,australia, apalagi amerika.......perhatian guru itu 1000 kali lipat dari perhatian kita di indonesia.Kami tidak mau menerima jawaban........,kalau lebih enak di luar negeri....pindah saja jadi guru di sana, ini namanya jawaban kelasik.......,mari kita sama-sama introspeksi demi bangsa ini.Saya yakin orang yang sunggu-sungguh akan mendapat berkah dan orang yang serakah akan dihukum oleh alam.

No comments: